4.Presipitasi

Deskripsi Singkat

Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran hujan sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya. Mahasiswa akan belajar tentang bagaimana proses terjadinya hujan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, bagaimana karakteristik hujannya dan mempelajari cara menghitung rata-rata hujan pada sutau kawasan dengan berbagai model penghitungan rata-rata hujan.

Relevansi

Dengan mempelajari proses terjadinya, faktor yang berpengaruh dan karakteristik hujan mahasiswa memahami berbagai fenomena alam yaitu hujan dan dapat melakukan penghitungan karakteristik hujan untuk dapat digunakan sebagai suatu data input dari sistem hidrologi dengan menempatkan stasiun pengukuran hujan yang tepat dan efektif sehingga mahasiswa mampu melakukan analisis hujan untuk pembangunan kawasan hutan.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan mengerti dan memahami proses terjadinya hujan, faktor-faktor yang mempengaruhi, mampu memilih lokasi pemasangan stasiun hujan dan mampu melakukan perhitungan data hujan untuk analisis hidrologi suatu kawasan, sehingga tujuan proses pembelajaran dapat tercapai.

Pengertian

Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan bumi. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan es. Dalam uraian selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah hanya yang berupa hujan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi diantara lain berupa :

  1. Adanya uap air di atmosphere
  2. Faktor-faktor meteorologis
  3. Lokasi daerah
  4. Adanya rintangan misal adanya gunung.

Jaringan Pengukur Hujan

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatik.Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu :

  1. Harus diletakkan di tempat yang bebas halangan atau pada jarak 4 kali tinggi obyek penghalang.
  2. Alat harus tegak lurus dan tinggi permukaan penakar antara 90-120 cm di atas permukaan tanah.
  3. Bebas dari angin balik
  4. Alat harus dilindungi baik dari gangguan binatang maupun manusia.
  5. Secara teknis alat harus standart.
  6. Dekat dengan tenaga pengamat.

Kepadatan minimum jaringan hujan berikut ini telah direkomendasi guna maksud-maksud hidro meteorologis umum (Linsley, et-al, 1982) :

  1. Untuk daerah datar, beriklim sedang, mediteranean dan zona tropis 600 – 900 km2 untuk setiap stasiun
  2. Untuk daerah-daerah pegunungan beriklim sedang, mediteranean dan zone tropis, 100 – 250 km2 untuk setip stasiun.
  3. Untuk pulau-pulau dengan pegunungan kecil dengan hujan yang beraturan, 25 km2 untuk setiap stasiun.
  4. Untuk zone-zone kering dan kutub, 1500-10.000 km2 untuk setiap stasiun.

Penghitungan Hujan Rata-Rata Suatu Daerah

Hasil pengukuran data hujan dari masing-masing alat pengukuran hujan adalah merupakan data hujan suatu titik (point rainfall). Padahal untuk kepentingan analisis yang diperlukan adalah data hujan suatu wilayah (areal rainfall). Ada beberapa cara untuk mendapatkan data hujan wilayah yaitu :

  1. Cara rata-rata aljabar
  2. Cara poligon thiessen
  3. Cara isohiet

1. Cara Rata-rata Aljabar

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya dengan membagi rata pengukuran pada semua stasiun hujan dengan jumlah stasiun dalam wilayah tersebut. Sesuai dengan kesederhanaannya maka cara ini hanya disarankan digunakan untuk wilayah yang relatif mendatar dan memiliki sifat hujan yang relatif homogen dan tidak terlalu kasar.

rata2aljabar.jpg

2.Cara Poligon Thiessen

Cara ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga memperkirakan luas wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun untuk digunakan sebagai salah satu faktor dalam menghitung hujan rata-rata daerah yang bersangkutan. Poligon dibuat dengan cara menghubungkan garis-garis berat diagonal terpendek dari para stasiun hujan yang ada.
pologonthiesen.jpg

3. Cara Isohiet

Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang sama. Metode ini menggunakan isohiet sebagai garis-garis yang membagi daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah yang diwakili oleh stasiun-stasiun yang bersangkutan, yang luasnya dipakai sebagai faktor koreksi dalam perhitungan hujan rata-rata.
caraisohiet.jpg

20 Comments

  1. heri

    pak gimana kalo garis dari garis tengah segitiga tidak saling bertemu pada poligon thieeseen?
    sering2 up date ga?

  2. hendra kuncoro jati

    Ass,,
    salam kenal..
    pak,saya hendra.
    saya seorang mahasiswa tingkat akhir, yang saat ini tengah mempersiapkan penelitian mengenai rancang bangun alat ukur hujan,,
    mungkin bapak memiliki literatur tentang bahasan penelitian saya..
    saya mohon bantuan bapak.
    terima kasih atas perhatiannya..
    saya harap saya bisa berkonsultasi

  3. mo tanya bisa memberikan contoh cara menghitung curah hujan rata-rata dengan poligon thessien dan interpolasi spasial metode kriging dengan berdasar data curah hujan harian dan bulanan.

  4. ady

    pak saya mau tanya tentang algoritma poligon thieseen itu prinsip dasarnya bagaimana?
    mohon jawabanya pak

  5. Miko

    Maaf pak.bisa kasih contoh soal dari masing masing cara diatas beserta jawbannya,saya masih bingung maklum mahasiswa baru jurusan Teknik Sipil. Terima Kasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *