Hari-hari terakhir ini berbagai media massa memuat berita-berita tentang berbagai kejadian fenomenal di Indonesia yang selalu datang setiap musim hujan, yaitu ”Banjir dan Longsor”.
Berbagai kejadian banjir dan longsor terus menerus terjadi tanpa henti, seakan-akan menjadi ”makanan khas” kita pada musim yang selalu dilimpahi hujan ini. Selama tahun 2005 setidaknya terjadi 17 bencana banjir yang membawa kerugian sangat besar bagi manusia baik secara material maupun non material diantaranya banjir dan longsor di Jember tanggal 16 Januari 2005 yang menwaskan 2 orang, banjir di Pasuruan tanggal 14 maret 2005 yang merendam 731 rumah, di Bojonegoro, Gresik, Jombang tanggal 6 April 2005 yang meredam lebih dari 1.200 rumah dan 671 ha sawah, di Malang tanggal 16 Oktober 2005 yang merusak 40 rumah dan 130 ha sawah hingga banjir di Pacitan tanggal 12 Desember 2005 yang merusak lebih dari 600 ha sawah yang semua itu sekurang-kurangnya menewaskan 14 orang, menghancurkan kurang lebih 2.300 rumah, dan merendam lebih dari 3.200 ha tanaman padi. Yang paling tragis justru terjadi pada hari pertama di tahun 2006, terjadi banjir bandang di Jember tepatnya di Kecamatan Panti yang menewaskan lebih dari 74 orang, merusakkan lebih dari 400 rumah, 340 ha sawah, 17.400 m jalan dan menghancurkan 16 jembatan.
Berulang kali terjadi bencana banjir dan longsor dan berulang kali pula semua pihak angkat bicara, berusaha menyimpulkan bagaimana bencana itu terjadi dan yang paling utama adalah kemudian mencari kambing hitam yang dijadikan penyebab utama terjadinya bencana tersebut. Berbagai data kemudian dimunculkan, mulai dari data perkiraan cuaca, luas penutupan hutan, kerusakan hutan, luas lahan kritis, hingga daerah rawan banjir dan longsor,
Selengkapnya silahkan download