Keragaman Jenis Hayati dan Pengelolaan Kawasan di Resor Granit, Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau

Abstract

This study discusses the management of species diversity and its opportunity in Granit Resort of Bukit Tigapuluh National Park as location of ecotourism. Three locations (Lancang Hill, Basin and Waterfalls) were observed and the species diversity was compared.

The total number, diameter and height of trees and belta at several plots of each location were measured. The total number of seedlings of the plots was also counted. All parameters were used to calculate diversity indices that include species richness, Shannon, Simpson, species abundance and similarity indices. The result revealed that Lancang Hill was relatively better on species diversity as compared to two other locations. There are three locations which have potency to be developed to become ecotourism objects, that is: Lancang Hill as environmental education forest and trail tourism; Waterfall of Granit; and Basin as apart of training for forest fire extinguishing demonstration

Key words: management of species diversity, Granit ecotourism objects
PENDAHULUAN

Dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yaitu kawasan yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Dalam pengertian ini taman nasional mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan ekosistemnya. Zonasi kawasan ini dimaksudkan untuk menetapkan intensitas pengelolaan dalam mencapai tujuan pengelolaan taman nasional pada kendala ekologi yang ada.
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) yang ditetapkan sebagai kawasan taman nasional melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 539/KPTS-II/1995 dengan luas kawasan 127.698 hektar, merupakan taman nasional di Sumatera yang mempunyai areal yang cukup unik, yang terletak di perbatasan Provinsi Riau dan Jambi. Secara ekologis TNBT merupakan kawasan dengan tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah (low land tropical rainforest), sehingga memiliki tingkat keragaman hayati yang tinggi. Hampir seluruh species flora dan fauna di Pulau Sumatera, terdapat di kawasan ini (Samsoedin dan Pramono, 1996).
Salah satu alternatif pengelolaan yang dapat dilakukan di zona pemanfaatan adalah pengembangan wisata alam pada lokasi yang memiliki potensi wisata yang menarik. Salah satu lokasi di TNBT yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pusat wisata alam adalah Granit, yang berada pada wilayah Desa Talang Lakat, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau. Lokasi ini merupakan bekas penambangan batu granit milik PT. Isatama yang dihibahkan kepada Balai TNBT. Pada saat ini Granit merupakan pusat pelatihan pemadaman kebakaran hutan yang dibuat dengan kerjasama JICA (Japan International Cooperation Agency) dan mempunyai fasilitas yang cukup lengkap berupa guest house dan asrama, pusat informasi, maupun shelter.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis hayati baik flora maupun fauna pada tempat-tempat menarik di lokasi Granit seperti Bukit Lancang, air terjun dan kolam air sebagai bahan masukan untuk pengelolaan ekosistem dan alternatif dalam pengembangan Granit sebagai pusat wisata alam di zona pemanfaatan TNBT selain sebagai pusat pelatihan pemadaman kebakaran hutan.

Selengkapnya silahkan download

2 Comments

  1. irma aini

    Asslkum pak,,
    saya irma aini (mahasiswi D3 Siak),,
    mau tanya sedikit neh Pak tentang TNBT, khususnya di resort Granit, hal ini berkaitan dengan tugas akhir saya mengenai interaksi masyarakat……dengan TNBT. Nah, saya masih bingung nama desa yang ada di di Resort Granit tersebut, yang dihuni oleh masyarakat asli..
    mohon bantuannya Pak,,terimakasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *